KANJI JEPANG
Huruf Kanji (jp: 漢字 ) adalah huruf Jepang yang diimpor
dari aksara Cina. Dinamai “Kanji” karena menyesuaikan dengan istilah Mandarin Hanzi. Hanzi adalah nama aksara
tradisional Cina. Seiring berlalunya waktu, aksara ini diserap penggunaannya
oleh Bahasa Jepang.
Berbeda dengan huruf latin, Kanji
memiliki ciri khas yang unik. Aksara kanji bersifat ideogram — yakni, satu
aksara melambangkan sebuah gagasan. Misalnya sebagai berikut.
Contoh Kanji:
川
= sungai
風
= angin
星
= bintang
(dan seterusnya)
Uniknya, meskipun contoh-contoh
melambangkan satu ide, mereka bisa dibaca dengan cara yang berbeda. Kalau di
pelajaran bahasa Indonesia kita sering mendengar istilah homograf —
penulisannya sama tapi bacaannya lain. Kasusnya di sini rada mirip dengan itu.
Contoh Kanji:
川
= sungai → bisa dibaca “kawa” ( かわ ) atau “SEN” ( セン )
風
= angin → bisa dibaca “kaze” ( かぜ ) atau “FUU” ( フウ )
星
= bintang → bisa dibaca “hoshi” ( ほし ) atau “SEI” ( セイ )
(dan seterusnya)
Peristiwa di atas terjadi karena
huruf Kanji memiliki lebih dari satu cara membaca. Di atas tadi saya sekadar
mencontohkan dua, tetapi sebenarnya, terdapat tiga macam cara membaca
kanji. Masing-masing disebut cara baca ON (on-yomi), cara baca KUN (kun-yomi),
dan cara baca NANORI (nanori-yomi).
Mengenai tiga cara baca tersebut
akan kita bahas lebih lanjut di bawah ini.
Cara Membaca Kanji: On, Kun, dan
Nanori
a) Cara Baca On (On-yomi)
Sebagaimana sudah diceritakan di
awal, Kanji adalah huruf Jepang yang diimpor dari aksara Cina. Oleh karena itu
terdapat pengucapan Kanji yang menyesuaikan dengan bahasa Cina. Nah, pengucapan
kanji jenis ini disebut sebagai On-yomi.
Meskipun begitu, karena perbedaan
dialek antara Cina dan Jepang, jadinya pengucapan Kanji tersebut tidak sempurna.
Misalnya contoh berikut.
Contoh Kanji:
信
= kebenaran/kejujuran
-> dalam bahasa cina dibaca:
‘xin’
-> dalam on-yomi disesuaikan menjadi: ‘shin’ ( シン )
Sebagaimana bisa dilihat, terdapat
penyesuaian dari Mandarin ‘xin’ menjadi Jepang ‘shin’. Meskipun demikian
intinya tetap: cara baca ON (on-yomi) adalah cara baca Kanji
menyesuaikan dengan aksara Cina.
Otomatis, karena pertalian dengan
huruf Cina tersebut, setiap kanji memiliki on-yomi. Sekarang kita
kembali ke tiga contoh yang sudah disebut di awal.
Contoh Kanji:
川
= asal Mandarin: ‘chuan’ menjadi on-yomi: “SEN” ( セン )
風
= asal Mandarin: ‘feng’ menjadi on-yomi: “FUU” ( フウ )
星
= asal Mandarin: ‘xing’ menjadi on-yomi: “SEI” ( セイ )
Tentunya contoh lain dapat dicari di
kamus. Untuk dicatat, setiap kamus bahasa Jepang menuliskan on-yomi dalam huruf
katakana. Jadi ada baiknya memastikan hafalan katakana sebelum belajar on-yomi.
^^
CATATAN PENTING!
Walaupun yang dicontohkan di atas cuma satu on-yomi, kadang ada kanji
yang memiliki dua atau tiga on-yomi. Misalnya kanji 石 (batu) dapat dibaca:
“SEKI” ( セキ
)
“SHAKU” ( シャク
)
“KOKU” ( コク
)
Untuk
memastikan cara baca selengkapnya, jangan lupa selalu mencocokkan dengan kamus.
b) Cara Baca Kun (Kun-yomi)
Apabila on-yomi adalah cara
baca Kanji berdasarkan bahasa Cina, maka cara baca KUN (kun-yomi) adalah
sebaliknya. Kun-yomi adalah cara baca Kanji yang ASLI Jepang.
Asli Jepang di sini dalam artian tidak terpengaruh oleh Mandarin.
Misalnya contoh berikut.
Contoh Kanji:
剣
= pedang/mata pisau
-> dalam bahasa Jepang dibaca
‘tsurugi’ ( つるぎ
)
-> TAK BERHUBUNGAN DENGAN:
Mandarin ‘jian’ / on-yomi KEN ( ケン )
Dari contoh di atas terlihat bahwa
cara baca KUN adalah asli Jepang. Dalam segi pengucapan dia tidak ada
perhubungan dengan Mandarin — hanya penulisannya saja yang menumpang aksara
Cina.
Jadi di sini on-yomi dan kun-yomi
berperan saling melengkapi. Apabila yang satu membaca Kanji berdasarkan
Mandarin, maka yang lain melakukannya secara Jepang.
Kembali ke tiga contoh paling awal
di muka, maka perbandingan ON/KUN-nya adalah:
Contoh Kanji:
川
= kun-yomi: “kawa” ( かわ
) / on-yomi: “SEN” ( セン
)
風
= kun-yomi: “kaze” ( かぜ
) / on-yomi: “FUU” ( フウ
)
星
= kun-yomi: “hoshi” ( ほし
) / on-yomi: “SEI” ( セイ
)
Untuk dicatat, penjelasan kun-yomi
dalam kamus selalu dituliskan dalam huruf hiragana. Oleh karena itu jangan lupa
melatih hafalan hiragana untuk membacanya.
CATATAN PENTING!
Walaupun yang dicontohkan di atas cuma satu kun-yomi, kadang ada kanji
yang memiliki banyak kun-yomi. Misalnya kanji 空 (langit/kosong) dapat dibaca:
“sora” ( そら )
“kara” ( から
)
“aku” ( あく
)
Seperti sebelumnya,
jangan lupa untuk selalu mencocokkan dengan kamus.
c) Cara Baca Nanori (Nanori-yomi)
Berbeda dengan dua cara bacaan
sebelumnya, cara baca NANORI (nanori-yomi) tidak berhubungan langsung
dengan Bahasa Jepang sehari-hari. Pada kenyataannya nanori agak lebih unik; ini
adalah pembacaan kanji yang khusus dipakai untuk nama. Nama ini bisa
diberikan untuk orang atau tempat/daerah.
Meskipun demikian perlu dicatat
bahwa banyak nama Jepang disusun menggunakan kombinasi on-yomi / kun-yomi
saja (jadi tidak mutlak harus melibatkan nanori). Barangkali kalau boleh
diibaratkan: mau pakai nanori atau tidak itu tergantung yang memberi nama saja.
Apapun pilihannya, aturan
penggunaan nanori adalah untuk pemberian nama.
Contoh kanji yang dapat berdiri
sendiri sebagai nama, lewat bacaan nanori:
恵
= berkah / kebaikan
-> dapat dibaca secara nanori
sebagai: “satoshi”
-> dapat dibaca secara nanori sebagai: “aya”
-> meskipun begitu, secara kun-yomi dibacanya “megumi”
Nanori bisa juga dipakai sebagai
kombinasi dengan on/kun-yomi untuk membentuk nama, misalnya:
飯田
= “Iida”
-> 飯 dibaca nanori: “ii”
-> 田
dibaca kun: “ta”
(gabungan “ii” + “ta” dibaca “Iida”)
Karena khusus untuk dipakaikan nama,
tidak semua kanji memiliki nanori-yomi. Kata berkonotasi negatif
biasanya tidak punya nanori — hanya sebatas on- dan kun-yomi
saja.
Elemen Dasar Kanji: Radicals (Bushu,
部首
)
Radicals (jp: bushu, 部首 ) adalah kelas kanji yang paling mendasar. Dinamai seperti
itu karena mengacu pada bahasa latin radix — dalam bahasa Indonesia
berarti “akar”. Kanji yang tergolong radical dapat bergabung dengan
kanji lain; membentuk kanji yang baru.
Oleh karena itu, radicals
dalam Kanji berarti “akar” yang membentuk Kanji yang lebih kompleks.
Misalnya contoh berikut.
Contoh Radical:
山
= gunung
dapat diturunkan menjadi kanji baru:
山
(gunung) + 石
(batu) = 岩
(tebing/batu cadas)
山
(gunung) + 風
(angin) = 嵐
(badai) [i.e. "angin besar"]
山
(gunung) + 尢
(patahan) + 夂
(turun) = 峻
(curam)
*) mengenai cara baca kanjinya, silakan copy-paste ke WaKan atau JLookUp.
=P
Mengenai radicals sendiri
aturannya sangat kompleks, oleh karena itu kita takkan membahas terlalu jauh.
Lebih lagi tulisan ini maksudnya sekadar pengenalan Kanji. Meskipun begitu
intinya relatif sederhana.
Radicals adalah elemen dasar yang membentuk kanji. Kerumitan kanji
pada dasarnya adalah sekadar susun-rangkai radicals.
***
Sekarang kita kembali membahas
contoh.
Di atas tadi kita melihat contoh radicals
yang relatif straightforward, yakni, mudah ditebak artinya. Meskipun
begitu ada juga kombinasi yang agak susah dipahami — biarpun komponen
pembentuknya relatif jelas.
Misalnya sebagai berikut.
Contoh Radical:
田
= sawah
dapat diturunkan menjadi kanji baru:
田
(sawah) + 力
(tenaga) = 男
(pria/lelaki)
田
(sawah) + 心
(hati) = 思
(berpikir)
田
(sawah) + 个
(atap) + 儿
(kaki) = 界
(dunia)
*) mengenai cara baca kanjinya, silakan copy-paste ke WaKan atau JLookUp.
=P
Entah bagaimana asal-usul
pengartiannya, barangkali orang Jepang asli lebih tahu. Yang jelas radicals
adalah komponen penting dalam membentuk kanji — elemen yang harus dikuasai jika
kita ingin bisa baca-tulis Bahasa Jepang.
Gabungan Antar Kanji (Jukugo,
熟語
)
Di bagian sebelumnya kita membahas
tentang radicals, yakni gabungan komponen untuk membentuk sebuah kanji.
Sekarang kita akan membahas tentang gabungan lebih dari satu kanji.
Secara istilah kebahasaan gabungan antar kanji ini disebut compound
(jp: jukugo, 熟語
).
Kalau di Bahasa Indonesia, kita
sering merangkai kata untuk menjelaskan detail. Misalnya “rumah” + “kayu” =
“rumah kayu”. Hal yang sama juga berlaku dalam konteks jukugo — dua buah
kanji berperan membentuk ide yang lebih detail.
Misalnya contoh berikut.
電車
(“densha”)
dapat dipecah menjadi:
電
(listrik) + 車
(mobil/kendaraan)
oleh karena itu:
電車
= kendaraan listrik = kereta listrik
Contoh lain yang lebih dari dua
kanji, misalnya:
武士道
(“bushidou”)
dapat dipecah menjadi:
武
(sifat ksatria) + 士
(samurai) + 道
(jalan)
oleh karena itu:
武士道
= jalan keksatriaan samurai
Sebagaimana sudah diutarakan,
prinsipnya sama dengan bagaimana kita bermain kata di bahasa Indonesia. Semakin
kita ingin detail, maka akan semakin banyak gabungan kanjinya. ^^
Catatan Khusus: Aturan Membaca Jukugo
Pada umumnya kombinasi jukugo dibaca secara on-yomi. Dalam contoh
“bushidou” ( 武士道
) tiga kanji dibaca secara ON-ON-ON. Demikian juga “densha” ( 電車 ) dibaca secara ON-ON.
Meskipun begitu terdapat
pengecualian. Jukugo untuk “Asahi”( 朝日 ) dibaca secara KUN-KUN; “ou-sama” ( 王様 ) dibaca ON-KUN, dan sebagainya. Pengecualian
ini banyak macamnya, oleh karena itu, mesti dihafalkan sendiri-sendiri.
Pengecualian juga terdapat pada nama
orang/tempat di Jepang. Jukugo pada nama dapat dibaca berupa kombinasi
ON, KUN, dan NANORI. Sebagai contoh “Sakurada” ( 桜田 ) dibaca KUN-KUN; “Satou” ( 佐藤 ) dibaca ON-ON; dan “Gunma” ( 群馬 ) dibaca ON-KUN.